Sejarah Reliability dan Evolusi Strategi Maintenance dapat ditelusuri hingga konsep FMECA yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1948, hanya beberapa tahun setelah berakhirnya Perang Dunia II. Pada awalnya, konsep FMECA ini terutama diterapkan dalam konteks peralatan militer pasca-perang, sebagai upaya untuk meningkatkan kesiapan dan responsifitas dalam menghadapi kemungkinan kegagalan.
Dengan fokus pada identifikasi failure mode, failure cause, dan failure effect, serta penggunaan Root Cause Failure Analysis, konsep FMECA MIL-STD-1629A 1948 menjadi langkah awal dalam pengembangan strategi maintenance yang lebih efektif.
Dalam lingkungan militer, konsep strategi maintenance terus berkembang hingga lahirnya Maintenance Steering Group (MSG I 1968). MSG menggabungkan pendekatan FMECA dengan teknologi komputer, didukung oleh kemajuan seperti peluncuran Word Processing System oleh IBM dan mikroprosesor oleh Intel Corporation.
Hal ini menghasilkan percepatan dalam pengolahan data maintenance dari metode manual tradisional ke alat-alat komputer. Perkembangan ini kemudian melahirkan MSG II 1969, yang mengedepankan penyempurnaan dari konsep MSG sebelumnya.
Setelah era MSG II 1969, para insinyur strategi maintenance mulai mempertimbangkan konsep komunitas dalam pengembangan strategi. Mereka mengadopsi filosofi bahwa konsep yang kuat haruslah bersumber dari beragam referensi, yang mengubah paradigma strategi maintenance dari yang awalnya tertutup dan rahasia menjadi lebih terbuka.
Perpecahan antara RCM Nowlan – Heap 1979 (fokus pada industri dengan data yang dapat diakses secara luas) dan MSG III 1980 (masih mempertahankan data internal militer) mencerminkan perubahan ini. Konsep strategi maintenance bukan lagi sekadar tentang perbaikan kerusakan, tetapi juga tentang menciptakan kehandalan, dengan industri penerbangan menjadi pionir dalam mengenalkannya.
Dampak dari perpecahan antara konsep RCM Nowlan – Heap 1979 dan MSG III masih terasa hingga saat ini, terutama dengan munculnya standar seperti SAE JA 1011 1999 dan OREDA 1981 hingga ISO 14224 2013. Kehadiran standar ini telah memberikan dampak signifikan pada dunia reliability, khususnya dalam manajemen asset. Namun, terdapat tantangan ketika standar saling tumpang tindih, yang dapat menyebabkan ambiguitas dalam interpretasi data, terutama dalam pengelolaan data FMEA dalam CMMS. Fenomena ini bisa menjadi bencana berbahaya, karena kesalahan dalam menentukan “Failure Mode” dapat berdampak pada pembuatan task maintenance yang tidak tepat.
baca artikel lainnya terkait reliability monitoring: https://www.tiaravib.com/reliability-articles/program-reliability-monitoring/